Kamis, 06 Januari 2011
Siapa Bilang Berobat Mahal?
Bagi anda yang mempunyai asuransi kesehatan, memang biaya akan terbantu oleh perusahaan asuransi anda, tetapi tetap kan, anda harus membayar premi setiap bulannya?
Bagi masyarakat yang tidak mampu, dibiayai oleh pemerintah dalam jaringan asuransi kesehatan pemerintah. Kemarin namanya “askeskin”. Untuk kita yang di golongan ekonomi menengah , maka biaya swadanalah yang kita andalkan.
Penyakit pun sekarang ada golongannya. Golongan rendah, yang biasa disebut oleh praktisi kesehatan sebagai “penyakit simptomatik”, merupakan penyakit yang diawali dengan munculnya gejala-gejala yang berakibat dari pertahanan tubuh yang meningkat, seperti, flu, demam, batuk. Biasanya kita cukup berkonsultasi dengan dokter umum atau puskesmas. Bisa diobati dengan obat-obatan yang dijual bebas, tanpa harus resep dokter (seperti golongan analgesic, antipiretik, antihistamin).. Namun, seperti box anjuran di bungkus obat-obat itu, bila dalam 3 hari atau lebih setelah obat dikonsumsi, gejala-gejala tersebut belum hilang, konsultasikan ke dokter. Karena mungkin, biang penyakit itu sudah tidak mempan dengan obat awal tadi, jadi diperlukan antibiotic untuk membunuhnya.
Tapi, mungkin karena kita yang semakin pintar dan “miskin”, ada kerancuan juga tentang antibiotic ini di masyarakat kita, sehingga ketika gejala awal mulai timbul, masyarakat umum sudah mulai mengkonsumsi obat Simptomatik sekaligus antibiotic (mungkin karena biaya konsultasi yang sudah “memahal”, dan tetap ujung-ujungnya obat yang diberikan itu-itu juga mereknya). Saya mempunyai pengalaman dengan hal ini. Ketika saya membeli vitamin di apotik, ada seorang ibu yang mencari antibiotic suatu merek berbentuk cair dengan membawa botol bekas obat tersebut. Ketika saya tanya, kenapa beli obat itu, sang ibu menjawab, kemaren yang dikasih dokter yang ini. Obat batuknya sih udah abis, tapi belum sembuh. Jadi saya beli lagi. Saya Tanya lagi, kok gak ke dokter dulu lagi bu? Akh, nanti juga obat ini lagi yang dikasih. Mending uangnya saya beli obat aja. Udah berobatnya mahal. Hati saya miris sekali. Padahal anaknya baru 2 tahun. Anehnya, sang penjaga apotik langsung saja memberikan obat yang diminta sang ibu. Wah, bisa gawat generasi mendatang.
Selanjutnya penyakit golongan menengah. Penyakit golongan ini tidak hanya telah menunjukkan gejala awal(simptomatik) tapi juga sudah mencapai stadium lanjut. Namun proses penyembuhan sampai tuntas sudah ada. Biasanya penyakit golongan ini didiagnosa melalui pemeriksaan laboratorium. Mulai penyakit anemia, gangguan hati, jantung, paru-paru, ginjal, kulit, kelamin, dan lain-lain yang memerlukan atensi dokter spesialis.
Makin tinggi penyakit, makin tinggi derajat dokternya, makin mahal harga yang akan dibayar. Ada persepsi, karena dokter umum rata-rata tamat 4-6 tahun, dokter spesialis 5-8 tahun, diatasnya, makin lama belajarnya makin mahal biaya sekolahnya. Setuju?
Di tingkat ini, bagi anda yang mampu membayar premi asuransi, akan sangat terbantu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang cukup memadai. Walaupun tidak semua penyakit dijamin untuk dirawat oleh pengelola asuransi kesehatan. Nah, untuk masyarakat golongan “bawah”, yang untuk kehidupan sehari-hari saja cukup-cukupan, bahkan cenderung tidak cukup untuk sekedar hidup, pasti sangat kesusahan untuk mengobati keluarganya.
Di beberapa daerah, ada kebijaksaan dari pemerintah setempat untuk membebaskan biaya pengobatan di tingkat puskesmas, sampai ke tingkat rumah sakit rujukan. Untuk penyakit golongan menengah yang membutuhkan penanganan dokter spesialis, disediakan “Surat Keterangan Tidak Mampu” dari masing-masing kelurahan, sehingga sang pasien golongan tidak mampu bias berobat gratis di rumah sakit daerah. Namun teteup, tidak semua pelayanan diberikan gratis.
Selanjutnya, penyakit golongan tinggi. Penyakit-penyakit golongan ini mempunyai ciri penyakit yang obatnya belum ada, misalnya HIV-AIDS, pengobatan yang butuh waktu lama dan intensif, misalnya tumor, kanker, penyakit wabah, seperti demam berdarah, flu burung. Untuk penyakit golongan ini, bagi masyarakat kita yang di “bawah”, akan membuat semangat berobat turun, ketika mendengar diagnosa dokter. Pasrah, bahkan cenderung menjadikannya “vonis”, dan langsung bertanya ke dokternya, “berapa lama lagi dok?”. Miris sekali, kan?
Khusus untuk penyakit kanker, saya punya pengalaman pribadi yang sangat membekas di hati saya. Hingga saat ini sudah 2 kerabat dekat saya yang didiagnosa mengidap penyakit yang mengerikan itu. Ketika saya diberitahukan dokter, penyakit kankernya sudah berada di stadium dua kanker leher rahim, saya lemah semangat. Bagaimana cara memberitahukan orang terkasih tentang hal ini. Berusaha tetap tenang, mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dari teman medis, artikel bahkan internet. Setelah data-data lengkap baru saya menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan yang terjadi. Kami bukan berasal dari keluarga pegawai negeri sipil yang mempunyai asuransi kesehatan(askes), apalagi asuransi kesehatan swasta. Jadi saat itu saya bingung bagaimana mendapatkan perawatan terbaik untuk keluarga saya itu. Menurut dokter, kasus penyakit ini sudah tidak dapat dioperasi karena penyakit sudah menyebar sampai ke panggul. Pengobatan optimal dilakukan dengan kombinasi intensif radiotherapi dan kemotherapi. Sialnya, fasilitas radiotherapi yang ada di rumah sakit umum daerah saya yang ada 2 unit, rusak, tanpa ada kepastian kapan bisa bagus. Jadi harus ke Jakarta. Atau ke luar negeri. Kalau keluar negeri, menurut teman yang bekerja di jaringan kesehatan di negara tetangga (Malaysia dan Singapura), biaya perawatan (termasuk akomodasi) sekitar 50-200juta. Masya Allah, terus terang kondisi finansial saya tidak mampu. Akhirnya, setelah rembukan dengan seluruh keluarga, pasien diberangkatkan ke Jakarta. Dengan biaya seadanya. Dan alhamdulillah, dengan ijin Tuhan, setelah 6 bulan perawatan di pulau seberang, pasien pulang dengan kondisi yang sangat baik.
Memang, selain terapi yang dilakukan secara medis, pasien tersebut melakoni pengobatan alternatif, yang saya dapatkan dari internet. Dengan minuman herbal. Namanya mahkota dewa, oleh ibu Ning Hermanto, dan beberapa herbal lainnya dan pantangan-pantangan yang dapat memicu sel kanker. Selain itu, semangat hidup pasien juga harus dijaga. Karena perawatan penyakit ini cukup lama dan harus disiplin.
Not Diet but Right Eat
Tips for healthy diet:
1. Start fasting.
Fasting can trash all toxin you consumed. Do it twice a week, like weekend or Monday-Thursday. And best if you’re not in heavy activities.
2. Eat in raw food
However, eating in raw food is better, like fresh fruits and vegetables, more fiber than juice.
3. Avoid chemical
Stop eating food with chemical ingredients like, coloring, drugs, additional food
4. Eat less drink water more
Eating when hungry, stop.then eat again if next hungry hit. Your body will work constantly if you feed it in the best way, which is suplly in constantly.
5. Mix it Up
Combine your food in balance. Make sure all nutrients; carbohidrates, proteins, vitamins, minerals, contains enough.
6. Water
Drink water eight glasses a day or more. Drinking water before eating makes you feel much full
7. Frying Bad!! Steaming Good
Oil adds lipid to your body, especially poly unsaturated lipids, those can not process by your body
8. Don’t Push It
If you break your diet rules and tasting food that forbidden for you, don’t feel guilty. Forgive yourself and start from beginning. Don’t push it too much. One scoop of ice cream, it’s ok for your weekend.
ANTIOKSIDAN
Siapapun orangnya, kita pasti ingin panjang umur dengan kesehatan yang selalu baik. Berbagai upaya utnuk mewujudkan hal itu perlu dilakukan sejak usia muda. Sayangnya, kebanyakan dari kita baru menyadari bahwa mereka sedang memasuki proses penuaan (aging) ketika mulai mengalami perubahan-perubahan, abik fisik maupun psikis. Menjadi tua adalah takdir, hukum alam yang tak dapat kita hindari. Namun, kini para ahli dengan segala penemuannya berpendapat bahwa proses takdir itu dapat diperlambat. Tersebutlah zat yang bernama ANTIOKSIDAN. Lalu, apa dan bagaimana peran antioksidan ini dalam menghambat penuaan.
Antioksidan Zat Penghambat Proses Penuaan
Antioksidan merupakan zat yang anti terhadap zat lain yang bekerja sebagai oksidan atau lebih popular disebut radikal bebas. Radikal bebas adalah sejenis oksigen yang susunan atomnya tidak sempurna. Zat ini merupakan zat berbahaya yang sangat reaktif dan bersifat merusak jaringan organ-organ tubuh hingga menimbulkan berbagai penyakit di usia tua. Bagaimana bisa muncul radikal bebas ini? Radikal bebas muncul sebagai dampak dari adanya kehidupan itu sendiri. Setiap makhluk hidup perlu energy untuk bertahan hidup. Makhluk hidup termasuk manusia, akan selalu memproduksi radikal bebas sebagai produk samping dari proses pembentukan energy. Energy itu diperoleh dari hasil metabolisme dengan mengoksidasi (membakar) zat-zat makanan, seperti karbohidrat, lemak dan protein. Dalam proses oksidasi itulah radikal bebas, turut diproduksi.
Selain lahir dari proses metabolisme, radikal bebas juga muncul pada setiap kejadian pembakaran, misalnya merokok, memasak, juga aktifitas pembakaran bahan bakar bermotor dan mesin, memasak, dan lain sebagainya. Ketika sinar ultra violet menerpa suatu benda terus meneru, electron atom benda tersebut akan meloncat dari oritnya, dan terciptalah radikal bebas.
Singkatnya, radikal bebas akan selalu bertebaran dimana-mana. Api adalah radikal bebas yang dapat dilihat dengan mata. Layaknya radikal bebas, sifat api pun sangat reaktif dan sulit dikendalikan jika merajalela.
Supaya radikal bebas tidak merajalela, tubuh dengan sendirinya akan spontan memproduksi zat antioksidannya. Antioksidan yang diproduksi dari dalam tubuh (endogen) berupa tiga enzim yaitu, superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GSH Px), katalase, serta non enzim, yaitu senyawa protein kecil glutation.
Ketiga enzim dan senyawa glutation itu bekerja menetralkan radikal bebas. Pekerjaannya itu dibantu oleh asupan antioksidan dari luar (endogen) yang berasal dari bahan makanan. Misalnya vitamin E, C, betakaroten dan senyawa flavanoidyang diperoleh dari tumbuhan.
Cara Kerja Antioksidan
Antioksidan menghalangi proses oksidasi dengancara menetralisir radikal bebas. Dalam proses itu antioksidan pun teroksidasi. Itulah mengapa kita harus terus menerus “mengisi ulang” antioksidan dalam tubuh kita.
Antioksidan bekerja dalam dua cara:
1. Pemutusan rantai – Saat radikal bebas melepaskan atau mengambil electron, radikal bebas lain akan terbentuk. Lalu molekul ini akan berputar dan melakukan hal yang sama pada molekul yang lain, dan menghasilkan molekul lain, begitu seterusnya. Proses ini terus berlangsung sampai terjadi pemutusan atau radikalbebas itu sudah distabilkan oleh antioksidan “pemutus rantai” seperti betakaroten, vitamin C dan E
2. Pencegahan – dengan cara mengurangi tingkat inisiasi rantai, yaitu dengan memicu inisiasi radikal bebas, antioksidan dapat merintangi pemutusan rantai oksidasi. Mereka juga dapat mencagah oksidasi dengan cara menstabilkan transisi logam berat seperti tembaga dan besi.
Efektifitas kerja antioksidan tergantung dari jumlah, bagaimana dan dimana radikal bebas dihasilkan serta target kerusakannya. Dengan begitu, dalam suatu proses oksidan dapat melindungi kita dari pengaruh radikal bebas, pada sistem lain tidak berefek sama sekali. Bahkan dalam keadaan tertentu antioksidan dapat bertindak meningkatkan proses oksidasi dengan menghasilkan jenis oksigen yang membahayakan.
Sumber Antioksidan
Hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa buah-buahan, sayuran dan biji-bijian adalah sumber antioksidan yang baik dan bias meredam reaksi berantai radikal bebas dalam tubuh, yang pada akhirnya dapat menekan proses penuaan dini. Tomat mengandung likopene, yakni antioksidan yang ampuh menghentikan radikal bebas sehingga tak berkeliaran mencari asam lemak tak jenuh dalam sel. Hal yang sama dilakukan lutein dan zeasantin yang terdapat pada bayam, diketahui amat aktif mencegah reaksi oksidasi lipid pada membran sel lensa (mata), sehingga kita dapat terhindar dari katarak. Sedangkan antioksidan vitamin seperti vitamin C, E dan betakarotenoid akan menstabilkan membrane sel lensa dan mempertahankan konsentrasi glutation tereduksi dalam lensa.
Data Ilmiah menyebutkan, individu yang rajin mengkonsumsi buah dan sayur memiliki peluang untuk awet muda dan terhindar dari penyakit yang terkait dengan penuaan seperti kanker dan pernafasan.
Langkah sehat lainya adalah mengurangi asupan jumlah kalori yang berasal dari karbohidrat dan lemak. Kalori dapat mempercepat penuaan dini karena untuk mengubahnya menjadi energy diperlukan lebih banyak oksigen. Namun, di lain pihak oksigen memicu banyak radikal bebas yang bersumber dari senyawa reaktif oksigen, yang kemudian menyerang sel-sel dan akhirnya mempercepat proses penuaan. Oleh sebab itu, ayo kita perbanyak asupan antioksidan.